Di grup WA ada beberapa pertanyaan tentang kapan jatuh malam nifsu sya’ban. Para kiai atau ustadz yang sudah biasa melaksanakan nifsu sya’ban sangat menantikan malam yang penuh istimewa selain bulan Ramadhan. Ada salah satu hadist, Rasulullah mengatakan kurang lebih begini,”Sesungguhnya Allah ‘azza wajjalah turun ke langit dunia pada malam nifsu sya’ban dan mengampuni dosa lebih banyak dari bulu pada Kambing Bani Kaib”. Sedangkan di bulan Ramadhan nabi mengatakan “Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu”.
Nisfu sya’ban menjadi pintu persiapan menuju manusia yang mutaqin dhohir dan batin. Pada malam ini masyarakat melaksanakan ritual tambahan selain sholat wajib lima waktu, yaitu membaca surat yasin tiga kali dengan niat-niat tertentu untuk kebaikan diri pembaca dan orang-orang yang dicintainya dari seluruh umat Islam. Ada juga yang melaksanakan Sholat Taubat, Sholat Hajat, dan Sholat Tasbih serta doa-doa dengan mengharap Ridha allah s.w.t.
Pada malam nifsu sya’ban ada dua arah ibadah yang berkahnya pada dua sisi pada diri manusia; baik di Dunia dan baik di Akherat. Baik di Dunia berkaitan dengan kesehatan, keturunan, rezki yang lancar, cita-cita terkabulkan oleh Allah s.w.t baik di alam berikutnya; terbebas dari siksa kubur, dan mendapatkan kemudahan masuk ke dalam Surga. Cita-cita yang agung adalah cita-cita manusia yang mengakui diri sebagai orang yang lemah dalam pandangan-Nya. Tidak ada kekuatan sama sekali. Salah satu bentuk kehambaan diri yaitu senantiasa mengharap kebaikan dari Allah dan keberkahan hidup atas segala apa yang dilakukan di Dunia.
Namun kebihan pada diri manusia juga sering menjadi bagian atas pengakuan segala kekurangan nya terkadang menjadi kelemahanya, yaitu kesulitan untuk mengenal diri sendiri secara maksimal. Ibadah yang dilakukan secara rapi, rajin dan terus-menerus laksana sering seperti kaset ceramah yang berputar di setiap menjelang Sholat Maghrib. Agama dan ajaranya sering menjadi rutinitas dan bukan untuk menunjukan kualitas. Rajin mengharap kebaikan kepada Tuhan, namun satu sisi selalu menyakiti makhluk ciptaan-Nya melalui ucapan, pikiran dan perilaku serta kebijakan-kebijakan yang sangat diskriminatif. Manusia sering menjadi orang yang berkepribadian ganda; menghadap Tuhan ingin mendapatkan Rahman dan Rahim-Nya, tapi saat menghadap wajah pada citpaan-ciptaan-Nya kadang sinar-sinar Rahman dan Rahim nya hilang. Manusia sering kontradiktif antara das sein dan das solen. Teori dan fakta. Pikiran dan kenyataan.
Maka malam nifsu sya’ban sebenarnya jalan untuk mengenal diri siapa diri kita sendiri, darimana dan akan kemana hidup ini. Pengenalan konsep hidup yang terlihat sederhana ini menjadi sangat berat ketika kita tidak serius menggarapnya menjadi bagian pola hidup sehari-hari di alam fana. Semoga kita mempunyai kekuaatan untuk senantiasa mengharap mengabdi kepada-nya dan kemampuan untuk menerapkan kecintaaan kepada nya dalam wujud cinta-dan kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya.